Sun. May 5th, 2024

Plantarum Online

Tahu, Tanggap, Tandang

Eksistensi Dark Comedy di Indonesia

4 min read

Dark comedy yang memiliki nama lain black comedy atau juga biasa disebut dark joke identik dengan candaan yang begitu sensitif bagi sebagian kalangan masyarakat Indonesia, karena terdapat banyaknya pro kontra di dalamnya. Keberadaanya yang abu-abu membuat masyarakat Indonesia tak terlalu paham akan maknanya atau sulit memahaminya. Penggunanya hanya bisa ada di dalam kelompok kecil atau tertentu saja dengan batasan yang masih blur. Coba bayangkan bagaimana jika dark comedy ini disebarkan ke ranah publik? Akan seperti apa jadinya?

 Coba kita mundur di titik awal mulanya komedi ini. Beberapa sumber menuliskan dark comedy diciptakan oleh André Breton seorang surealis teoritikus pada tahun 1935. Breton memasukkan istilahdalam bukunya Anthology Black Humor (Anthologie de l’humor noir),di dalam bukunya ia memasukan Jonathan Swift sebagai pencetus humor hitam dan gallows humor termasuk kutipan dari 45 penulis lainnya.

Komedi ini bukan hal baru lagi di kawasan Indonesia. Hanya saja internet baru-baru ini membawanya dengan riang gembira. Adanya internet saat ini membuat kita bebas menyuarakan pendapat atau bahasa kerennya freedom of speech. Dalam perkembangannya di Indonesia, dark joke dapat dijadikan salah satu pushing the limit. Namun, dalam hal ini harus digaris bawahi yaitu harus ada komedi di dalamnya. Entah itu bentuknya sedikit menghiraukan moral, namun jika penontonnya tertawa berarti komedi itu sukses. Karena dalam dark joke ada kata joke yang mewakili komedinya. Jika tidak, akan jadi suram bawaanya karena hanya tersisa dark-nya aja. Seperti kasus baru-baru ini “transgender dan sampah” yang jadi “sampah” bukanya kita sendiri? Reaksi kesal boleh, tapi jangan terlalu over atau barbar. Kita kesal terhadap kasus tersebut itu manusiawi. Namun, cara menanggapinya apakah sudah bermoral? Tanya pada diri anda sendiri apakah kasus tersebut telah menjadi personal? Apakah keluarga anda merasa dirugikan? Anda merasa dirugikan? Bercerminlah…, anda itu hanya melampiaskan nafsu atau menyelesaikan masalah? Pemilihan materi komedi untuk dark joke sendiri sangatlah beragam, namun yang penting adalah topik yang dibicarakan. Seberapa sensitif materi yang dibawakan? Komedian di sini harus memutar otak untuk tahu mana materi yang bisa dianggap lucu dan tidak dan kelucuanya itu sebatas dirinya sendiri atau bisa juga diterima orang lain. Dalam lingkup ini pasti akan ada ketersinggungan yang terlibat. Untuk melihat ketersinggungan tak perlu membahas materi tentang diskriminasi ataupun SARA, kita bahas yang sederhana saja yaitu jomblo, disini orang jomblo dapat tersinggung dan menuntut kita. Atau bahas mobil? Bisa saja ada yang tersinggung. Dengan kata lain berapa banyak yang kiranya tersingung dengan materi tersebut. Sudah banyak komedian yang terguling karena materinya yang jadi perbincangan karena ghm… membahas kucing, musang, atau rice cooker. Ada yang pernah mengatakan hukum di Indonesia itu berpihak kepada yang banyak. Mungkin ini menjadi kunci dalam batasan berkomedi itu tergantung hati nurani masing-masing komedian.

Batasan dalam dark joke masih banyak dipertanyakan. Batasan mana yang bisa membuat dark joke itu aman digunakan. Seperti kata Eno Bening dalam mengungkapkan batasan dalam dark joke, yaitu melihat standar moral dari manusia. Jangan sampai melewati batasan orang jahat, terkadang di Indonesia pemberian batasan terhadap sesuatu masih didasari batasan orang baik, yaitu batasan yang dianggap baik. Walaupun batasan orang baik itu tak terhingga atau tak ada ujungnya. Karena pembelajaran batasan bawah di Indonesia masih blur atau boleh dibilang belum ada. Solusi dari hal itu adalah adanya kesepakatan universal, kesepakatan yang bisa dipahami seluruh umat manusia. Batasan bawahnya yaitu, sampai adanya kerugian material yang terjadi. Maksutnya adalah kerugian tersebut terjadi secara nyata bukan sekedar adanya perasaan yang terganggu. Selain itu Martin Anugrah mengungkapkan pendapatnya tenang dark joke yaitu, tragedi plus timing adalah komedi. Disini Martin menganggap Timing menjadi suatu perdebatan karena timing subjektif bagi setiap orang dan hal tersebut akan menjadi masalah jika timing dianggap penentu utama komedi terutama dark joke.

Dari awal keberadaanya dark joke memang sangat sulit untuk dibahas di muka publik. Karena jika ada yang membahasnya di muka publik terutama pada medsos (red: media sosial) dan terlebih lagi jika seseorang tersebut merupakan public figure, maka hal tersebut akan menyita perhatian banyak kalangan. Seperti yang dilakukan komika Reza Pardede atau yang mempunyai nama panggung Coki Pardede. Menuai hujatan khas dari para netizen yang budiman. Dari awal panggungnya Coki Pardede sudah melegenda dengan dark joke-nya. Sekitar beberapa bulan yang lalu Coki Pardede melempar sebuah dark joke tentang banjir dan corona di media sosial twitter yaitu seperti “Gong Xi Fa Caii!! Apakah di tiongkok pas angpao di buka isinya Virus Corona?”, dan hasilnya… langsung diserbu komentar pedas para netizen yang budiman dan yang ingin menjadi budiman. Sekali lagi jika dilihat dari sini dark joke sulit diterima di ranah publik. Karena bisa salah persepsi antara komedian dan penonton.

Dark joke itu sebenarnya boleh-boleh saja selama masih ada joke-nya. Untuk menghindari atau meminimalisir hujatan, dark joke cukup dilempar di lingkaran pergaulan sendiri dan tentunya mempunyai pemahaman yang sama persis, karena akan berbahaya jika seperti yang dilakukan Coki Pardede.

Karena itu, dark joke atau dark comedy belum bisa cocok bagi masyarakat Indonesia yang ranah candaannya harus mengikuti pola media mainstream, dengan membandingkan komedian satu dengan yang lain dan harus mengikuti komedian yang sering muncul keberadaannya. Dalam berkomedi pasti perlu adanya kehati-hatian dalam mengungkapkan dan mempertimbangkan hal tersebut terutama dalam dark joke. Karena orang yang melempar dark joke harus siap menerima konsekuensi dan kerugiannya. Kerugiannya bisa sampai ke ranah hukum jika ada yang ingin melaporkannya, karena di bumi tercinta Indonesia Raya ini perasaan itu masih dijaga dalam hukum. Dan orang yang “banyak” lah yang biasanya menang.

Komedi itu suatu seni dan seni dapat berkembang jika ada kreatifitas pembuatnya. Kreatifitas dapat dibungkam oleh banyak hal, terutama toleransi yang berlebihan atau political correctness yang berlebihan. Jika suatu seni sudah dibuang dan ditelantarkan karena menjaga perasaan orang lain, seni tersebut akan menjadi hambar. Dikekang oleh perasaan orang lain karena toleransi yang keliru. Bertindak dengan langsung membungkam. Apakah Indonesia menyadari keadaannya tersebut?

Penulis : Zul Fauzi Nugroho Hadi

Editor : Erlita Diah Salsahbila, Ahlan Anwari dan Nandita Rani N

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *