Wed. May 1st, 2024

Plantarum Online

Tahu, Tanggap, Tandang

Menilik Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Bulan Maret 2023

3 min read

Badan Pusat Statistik dengan akronim BPS merupakan lembaga pemerintah non kementrian yang bertugas membantu presiden dalam menyelenggarakan statistic dasar, koordinasi dan kerjasama, mengembangkan dan membina statistic sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Belum lama ini BPS merilis Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan Maret 2023 yang naik mencapai 110,85 menurut BPS terdapat 3 subsektor pertanian yang menjadi kunci dalam perekonomian Indonesia.

  • Subsektor Perkebunan

Berada pada posisi tertinggi dengan NTP129,47 atau naik 1,94 %.Dengan komoditas dominan kelapa sawit, kopi dan karet

  • Subsektor Hortikultura

NTP mencapai 113,16 atau naik 1,91 %

  • Subsektor Peternakan

NTP 100,34 atau naik 0,58 %

Dari ketiga subsektor di atas tanaman pangan tidak termasuk kedalam subsektor pertanian yang menjadi kunci dunia pertanian Indonesia kedepan. Lalu apakah yang menjadi penyebab tidak masuknya subsektor tanaman pangan? padahal apabila dari 275 juta jiwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2022, sebanyak 38.703.996 bekerja di sektor pertanian dan sebanyak 17. 728.185 rumah tangga bekerja di subsektor tanaman pangan. Sedangkan untuk perkebunan menyerap 12.770.090 rumah tangga, hortikultura 10 602 147 rumah tangga dan peternakan sebanyak 12 969 210 rumah tangga. Data tersebut menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar tenaga kerja pertanian bergerak di bidang tanaman pangan, namun masih belum mampu mendongkrak potensi untuk bersaing dengan subsektor yang lain.

Subsektor tanaman pangan di Indonesia pada tahun 2022 mampu memproduksi 55 670 219 juta ton padi dan 32 074 045 juta ton beras. Sementara untuk jagung dan kedelai sebanyak 963 183 ribu ton. Jumlah tersebut menunjukkan besarnya produksi padi dalam negeri selama tahun 2022, namun apakah dengan jumlah tersebut nyatannya masih belum bisa mendongkrak potensi subsektor tanaman pangan ?

Usaha Subsektor Tanaman Pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija. Berdasarkan hasil ST2013 diketahui bahwa rumah tangga tanaman pangan di Indonesia didominasi oleh rumah tangga yang mengelola tanaman padi. Jumlah rumah tangga usaha tanaman padi di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 14 147 942. Sedangkan perusahaan pertanian berbadan hukum di Indonesia yang melakukan pengelolaan tanaman padi ada sebanyak 106 perusahaan. Untuk tanaman palawija Hasil ST2013, banyaknya rumah tangga usaha tanaman palawija di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 8 624 243 rumah tangga. Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Indonesia yang melakukan pengelolaan tanaman palawija ada sebanyak 6 perusahaan. Berdasarkan survey terakhir yang dilakukan pada tahu 2013 juga menyebutkan bahwa jumlah rumah tangga pengguna lahan di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 25 751 267 rumah tangga, dengan jumlah rumah tangga pertani gurem sebanyak 14 248 864 rumah tangga .

Hasil ST2013 di Indonesia juga menunjukkan bahwa rumah tangga pertanian yang mempunyai sumber pendapatan utama dari usaha tanaman padi dan palawija ada sebanyak 8 606 316 rumah tangga, hortikultura 1 254 599 rumah tangga, perkebunan 4 721 105 rumah tangga, peternakan 960 773 rumah tangga, perikanan 670 279 rumah tangga, kehutanan 256 363 rumah tangga, dan jasa pertanian 84 280 rumah tangga. Pada usaha padi dan palawija, jumlah rumah tangga di Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang paling banyak dibandingkan provinsi lainnya, yaitu sebesar 1 917 572 rumah tangga.

Apabila dilihat dari segi kebutuhan masyarakat akan tanaman pangan menunjukkan bahwa rata-rata Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Komoditas dan Daerah Tempat Tinggal (rupiah), 2021 dan 2022 menunjukkan bahwa baik di kota maupun di desa untuk tanaman pangan (padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan) mencapai 93.739. sedangkan pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi sebesar 207 650.  Kebutuhan masyarakat akan nutrisi juga menunjukkan bahwa ketersediaan kalori dan protein per Kapita Menurut Kelompok Bahan Makanan (kkal/hari), 2018–2022 padi-padian berada di peringkat 1 dengan kalori 1 375 dan protein 33,97 kemudian diikuti dengan minyak dengan kalori 761 dan ikan dengan protein 20,23. Apabila dilihat dari rata-rata konsumsi per kapita seminggu beberapa jenis komoditas makanan yang banyak dikonsumsi, 2021 dan 2022 telur menjadi yang paling banyak dikonsumsi dengan 2,34 kg/minggu dan 1,55 kg/minggu.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa untuk memenuhi kebutuhan akan bahan makanan dan nutrisi masyarakat Indonesia masih sangat memerlukan subsektor tanaman pangan. Akan tetapi, fakta yang terjaid pada bulan Maret 2023 tanaman pangan menjadi subsektor yang kurang diminati. Dengan kondisi tersebut apakah petani harus berpindah ke subsektior lain atau tetap mempertahankan eksistensinya di subsektor tanaman pangan. Pilihan tersebut tentunya sangat sulit melihat bahwa subsektor tanaman pangan merupakan yang paling banyak menyerap tenaga kerja dibandingkan dengan subsektor yang lain.

Langkah dan penanganan yang  bijak yang harus diambil terhadap permasalahan yang terjadi di subsektor pangan. Pada tahun 2022 indonesia masih impor bahan makanan dan binatang hidup sebanyak 29 395. Jumlah tersebut sudah menurun apabila dibandingkan dengan tahun 2021 sebanyak 30 292,1. Tentunya angka penurunan tersebut harus terus dipertahankan bahkan diturunkan untuk volume impor. Mengingat negara kita memiliki subsektor tanaman pangan yang sangat mendukung. Pemerintah sendiri harus bijak untuk menentukan strategi peningkatan di bidang tanaman pangan. Berbagai permasalahan di sector pertanian khususnya subsector pangan tersebut, menimbulkan tanda tanya besar. Apakah pengetahuan petani tanaman pangan yang harus ditingkatkan? atau pemerintah yang harus mengeluarkan kebijakan baru untuk meningkatkan potensi pada subsektor tersebut.

Punulis : Luky Nor Fahmi

Ilustrator : Firda Qurrotu’aiyun

Editor : Shela Rosania

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *