MENGENAL SKINHEAD: PEJUANG KELAS BURUH MELALUI MUSIK DAN FASHION
4 min readSkinhead yang digambarkan sebagai sebuah kelompok yang menjunjung tinggi nilai-nilai kelas pekerja dengan kekhasan cara berbusananya yang dianggap dianggap mampu dijadikan alat identifikasi utama bagi subkultur skinhead (George Marshall 2005). Kaum Skinhead kerap kali menyuarakan atau menggambarkan perlawanan kelas pekerja dalam berbagai bentuk. Mulai dari warna musik, koreografi suporter sepak bola hingga cara berpakaian. Perlawanan ini ditujukan terhadap gaya hidup yang dibatasi oleh kelas sosial masyarakat yang berkembang ditengah kebudayaan monarki. Suaranya sarat akan isu bahwa semua manusia itu sama, tak memandang perbedaan fisik.
Mulanya, subkultur skinhead ini lahir pada sekitar tahun1960 an di London, Inggris. Kelahirannya bermula ketika mods (gaya hidup remaja Inggris tahun 60-an) sedang diterima hangat oleh kaum muda inggris waktu itu mulai dari cara berpakaian, cara berkumpul hingga genre musik. Yang pada awalnya gaya hidup ini hanya didominasi oleh kaum muda kelas menengah keatas. Hingga pada akhirnya gaya hidup ini mulai mewabah kepada semua kalangan. Tak terkecuali juga pada kalangan pekerja industri bahkan buruh kasar atau buruh pelabuhan.
Tak berhenti sampai disitu hingga pada 5 tahun kemudian gaya hidup remaja Inggris pada tahun 60-an ini terus berkembang hingga pada akhirnya dalam dunia mods diketahui pula istilah Smooth Mods (Peacock Mods) yang terdiri dari kalangan kelas menengah dengan gaya hidup dan cara berpakaian yang mahal. Serta Hard Mods (Lemonheads, gang mods) yang terdiri dari kaum buruh dan menjadi cikal bakal dari skinhead. Dalam buku skinhead Nation George marshall juga menjelaskan bahwa “skinhead adalah subkultur yang muncul dari kelas pekerja di inggris tahun 1960-an yang dikonsepsikan sebagai suatu kekuatan perlawanan kelas menengah atas nama nilai solidaritas kelas pekerja dan maskulinitas”. Sehingga dapat dikatakan bahwa gerakan ini lahir dari kalangan buruh atau pekerja di Inggris yang menginginkan eksistensi atas jati diri mereka dan komunitas yang sesuai dengan “kelas” mereka. Yakni kelas pekerja.
Namun dalam perjalanan budaya ini terbentuk, banyak yang menganggap bahwa kaum skinhead ini rasis. Hal ini dilatarbelakangi oleh munculnya sub kultur lain dari skinhead yakni White power skinhead (juga dikenal sebagai bonehead) adalah para anggota gerakan neo-nazi, supremasi kulit putih dan antisemitik dari subkultur skinhead. Beberapa diantara mereka berafiliasi dengan organisasi-organisasi nasionalis kulit putih dan terkadang geng penjara. Namun, Dilansir dari djarumcoklat.com Kenyataanya, Skinhead justru dilahirkan atas semangat unity and togetherness (persatuan dan kebersamaan) yang tak memandang ras, bangsa bahkan kepercayaan kaumnya. Fakta lain di lapangan menunjukkan bahwa banyak pula skinhead yang berkulit hitam dan berkulit berwarna.
Di Indonesia Sendiri Skinhead mulai berkembang semenjak tahun awal tahun 1990-an, mulai dari kota Jakarta, Malang, Bandung, Surabaya, serta kota-kota lain yang kental dengan budaya lahirnya berbagai genre musik. Dilansir dari tribunnews.com, skinhead yang pertama berkembang di Indonesia adalah Utay. Berbeda dari skinhead pada umumnya. Baginya, hal ini lebih menyuarakan hak-hak para pekerja dan nilai-nilai kesetaraan. Menurut Utay “skinhead berbeda dengan bonehead. Skinhead lebih tepatnya merupakan pahlawan kelas pekerja”. Di Indonesia beberapa kelompok juga turun aksi saat hari buruh sedunia. Seperti dilansir dari kompas.com, skinhead mengikuti aksi unjuk rasa untuk memperingati hari buruh sedunia di Depan Gedung Sate, kota Bandung (1/5/2013). Menurut Canex hal tersebut dilakukan karena kaum skinhead merasa bahwa mereka bagian dari kaum buruh. Mereka menamakan diri sebagai Anarkis Skinhead and Punk (ASAP). Tuntutan kaum skinhead tidak jauh dari tuntutan para buruh. Mereka hanya ingin memperjuangkan hak-hak para pekerja yang terenggut dan membuktikan pada pemerintah dan perusahaan-perusahaan bahwa kaum skinhead dan punk juga memiliki kualitas yang sama sebagai pekerja serta tidak dianggap sebagai sampah masyarakat lagi. Kaum skinhead juga berharap pemerintah dan perusahaan memberikan lapangan pekerjaan kepada kaum skinhead dan tidak lagi dipandang sebelah mata.
Dari segi berpakaian, dikarenakan kebanyakan isi dari skinhead sendiri merupakan para pekerja pabrik, buruh kasar dan buruh pelabuhan dengan ekonomi menengah ke bawah. Kelompok ini dapat diidentifikasi dari cara berpakaiannya yakni kepala botak atau rambut yang pendek, dengan kemeja kancing tengah, serta celana jeans lurus nan rapi hingga sepatu boot yang membungkus kaki mereka. Hal ini diigunakan oleh kaum skinhead untuk menjadi identitas mereka sebagai seorang pekerja atau sebagai seorang buruh serta dari cara berpakaian mereka yang sama, melambangkan kesetaraan bagi sesama pekerja industri. Yang mana gaya berpakainnya ini muncul ketika kaum Skinhead sering berkumpul di pub atau cafe setelah seharian bekerja di pabrik.
Dalam aliran bermusik, kelompok skinhead tidak terfokus pada satu genre musik beberapa diantaranya lebih suka mendengarkan berbagai genre musik yang dekat dengan masyarakat kelas menengah kebawah mulai dari aliran musik ska, reggae, rocksteady, punkrock, hingga hardcore. Bahkan, tak jarang pula kelompok ini melalui cara bermusik mereka atau biasa disebut “Oi!” dalam perilisannya mengangkat isu penindasan kaum buruh, kritik terhadap pemerintah , isu-isu anti rasis, hingga menyampaikan ide-ide skinhead working class yang murni pekerja keras tanpa ada tendensi ideologi politik. Seperti no man’s land. No man’s land sendiri merupakan salah satu pelopor band skinhead di indonesia yang juga sudah go international. Mereka juga kerap kali tergabung dan menyuakai aliran musik punk harcore yang sarat akan kritik. Seperti Milisi Kecoa, band hadcore punk asal kota Bandung yang menyuarakan kritikan terhadap suara yang dibungkam melalui lagunya yang berjudul marah.
Sehingga dalam prosesnya kelompok skinhead merupakan kelompok yang unik dalam menyuarakan atau memperjuangkan hak-hak masyarakat yang kurang mendapatkan perhatian serta untuk menunjukkan eksistensinya sendiri sebagai kaum pekerja. Kelompok ini mempunyai caranya tersendiri yang terbilang asik dan melekat pada gaya hidup anak muda. Hal-hal tersebut beberapa diantaranya seperti seperti melalui musik, fashion, dan budaya berkumpul membentuk sebuah pergaulan di kalangan anak muda. Hal inilah yang menjadi mewabahnya kelompok ini dengan pesat dalam kurun waktu kurang lebih 40 tahun.
Penulis : Safrina Desriana P.
Editor : M. ‘Ubaidillah I.