KKN : Kuliah Kerja (nyata) Ngapain
4 min readApa yang ada di pikiran kalian kalau dengar kata Kuliah Kerja Nyata (KKN)? Tentang mahasiswa tingkat akhir yang pergi ke suatu desa? Ngerjain tugas kuliah bareng temen-temen sambil diganggu makhluk astral, kayak yang lagi booming kemaren tuh KKN DESA PENARI?? Kalau lebih lengkapnya sih KKN itu tentang kegiatan mahasiswa tingkat akhir yang pergi ke suatu desa dan dilakukan secara berkelompok buat pengabdian ke masyarakat. Lah terus kalau pandemi kaya sekarang ini gimana KKN-nya? Masa iya melakukan kunjungan ke desa via Youtube? Kalau gitu sih enak bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun, bisa sambil rebahan pula yee kan.
Nah karena situasi yang tidak memungkinkan kayak gini, makanya pada tanggal 23 April 2020 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Jember melakukan diskusi dan advokasi bersama dengan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Mahasiswa (LP2M) buat membahas mengenai KKN untuk mahasiswa tingkat akhir. Hasil yang didapat dari diskusi itu adalah KKN back to village yang mana kegiatan KKN dilakukan di desa masing-maisng dan secara individu. Nah buat mahasiswa yang mau ikut KKN perlu melakukan pendaftaran ulang melalui google form dan yang tidak ikut KKN sekarang ya gak apa-apa dan gak akan kena sanksi. Tepat tanggal 27 April 2020 LP2M menerbitkan buku panduan untuk KKN back to village yang disebarkan pada tanggal 28 April 2020.
Kebijakan KKN ini bisa dikatakan masih baru dan jadi jalan satu-satunya yang bisa diambil untuk tetap melakukan kegiatan KKN, ya walaupun kegiatan KKN yang biasanya dilakukan secara berkelompok bakal dilakukan sendiri. Waduh bakal berat nih kayaknya. Jangankan Kating (red: kakak tingkat) saya aja kalau disuruh buat tugas sendirian udah ngerasa berat banget mau ngerjain hehe. KKN back to village ini memang bakal berat sih, semuanya harus dilakukan sendiri mulai dari pembuatan proker (program kerja) sampai pelaksanaan dari proker tersebut. Widih pusing gak tuh? Saya yang ngebayangin aja udah pusing rasanya gimana Kating yang ngelakuin? Pusingnya dah sampai ubun-ubun kayaknya.
“Mode KKN seperti ini kan KKN yang gak biasa dilakukan gitu loh, yang biasanya kita kelompok diluncurkan ke suatu desa tetapi kita harus memprogram sendiri KKN kita, dan itu pun di desa sendiri, yang gimana ya .. yang biasanya ada banyak kepala untuk berpikir buat program ini hanya satu kepala dan individu buat program, yaitu pastinya responnya gak bagus cuma ya gimana kami dari mahasiswa cuma ada dua pilihan ikut KKN yang sekarang atau ikut KKN ke depan kalo gakmau ikut KKN yang sekarang yaudah nanti tunggu KKN periode berikutnya” ujar salah satuKating saya.
Kebijakan KKN pas corona ini banyak memunculkan reaksi dari para mahasiswa. Melalui survey kecil-kecilan yang saya lakukan didapatkan hasil kalau 61,5% dari 13 responden bilang kebijakan ini mempermudah kegiatan KKN dan selebihnya merespon kebijakan ini menyulitkan kegiatan KKN. Survey yang saya lakukan juga memberi hasil kalau 84,6% dari 13 responden menjawab bahwa kebijakan KKN ini membingungkan. Walahh menyulitkan sekaligus membingungkan udah kayak soal matematika aja. Gimana gak pusing coba, mahasiswa harus membuat laporan proker, bakal ngelaksanain kegiatan KKN sendiri, dan lagi masih banyak yang bingung mengenai teknis dan tata cara yang tertera di buku pedoman. Nah maunya bikin kegiatan KKN yang sesuai sama buku pedomannya, tapi gak paham sama isi buku pedomannya. Apa lagi gak semua orang dapat paham hanya dengan sekedar membaca tulisan tanpa diberi intruksi yang jelas. Yaa emang sih kondisi saat ini sangat tidak memungkinkan untuk bepergian secara berkelompok, tapi kanpaling tidak kita diberi pemahaman sampai tidak kebingungan dalam mengartikan teknis yang ada di buku pedoman.
Terkait efektifivitas dari kegiatan KKN ini, survey menunjukkan ada 38,5% dari 13 responden menjawab efektif karena kegiatan KKN jadi tetap bisa berjalan, 38,5% lainnya menjawab kurang efektif, dan 23,1% menjawab kebijakan ini tidak efektif. Salah satu responden berkata “Ya kalo dibilang efektif menurutku kurang efektif bukannya tidak efektif tapi kurang, karena program ini berdasarkan buku pedoman dilaksanakan secara individu, yang biasanya kita berkelompok dan bisa saling diskusi buat bahas program harus melaksanakan secara individu, sehingga kayak yaudah program itu dari pikiran kita sendiri kalo biasanyakankelompok jadi bisa bertukar pikiran bertukar ide sehingga program yang dihasilkan bisa bener-bener bagus berbeda kalo individu selain jangkauan kebermanfaatan dari KKN kita yang lebih sempit dan nanti program yang dihasilkan dari setiap mahasiswa yaudah sederhanasaja nanti KKN nya, lebih efektif kalau KKN bareng karena jangakauan yang bisa dijangkau lebih besar.”
Kalau mendengar dari pendapat Kating di atas, menurut saya pribadi sih memang kurang efektif, gimana yaa kan dalam kegiatan KKN kita melakukan pengabdian kepada masyarakat banyak tuh, nah kalau pas pandemi gini mana mungkin bisa, kan kita disuruh Physical Distancing. Memang bagus sih dengan adanya kebijakan KKN saat pandemi ini untuk tetap melakukan kegiatan KKN tapi yaa juga harus dikasih arahan yang jelas, jadi mahasiswa merasa dimudahkan dengan adanya kebijakan KKN, gak stress lagi mikiran buku pedoman. Jadi kegiatan KKN bisa tetap berjalan seru dan menyenangkan. Kalau senang kan pikiran tenang gak stress. Kalau stress nanti malah sakit terus gak bisa menjalani kegiatan KKN. Yaa semoga hal-hal seperti itu tidak terjadi dan semoga pandemi ini bisa cepet berakhir. Aamiin.
Penulis : Ryana Bilqis Nadya Milla
Editor : Erlita Diah Salsahbila dan Riza Jihan