Thu. May 2nd, 2024

Plantarum Online

Tahu, Tanggap, Tandang

Happening Art dan Perlawanan Terhadap Kerusakan Ekologi

3 min read

Bait-bait puisi mulai mendidih dibawah terik panasnya matahari kabupaten jember siang ini. Masa aksi yang terdiri dari sekitar 50 mahasiswa yang tergabung ke dalam Mapala (red : Mahasiswa Pencinta Alam) se-Jember sudah berdiri didepan Gedung Wahyawibawagraha sejak sekitar 2 jam yang lalu. Beberapa diantara mereka mulai memasang topi yang sebelumnya mereka genggam. Tak heran, kondisi ini tergambar jelas dengan apa yang disuarakan oleh salah satu orator aksi “Sebagaimana kawan kawan rasakan udara Jember mulai memanas akhir-akhir ini. Adalah bukti nyata bahwa kerusakan ekologi di kabupaten Jember benar benar di depan mata.”

Selasa, 2 Mei 2023. Aksi damai, sebagai sebuah refleksi peringatan hari Bumi diserukan oleh Mapala se-jember. Aksi tersebut diwarnai dengan beberapa varian aksi, berupa orasi, penampilan seni, serta bagi-bagi bibit pohon kepada beberapa masyarakat jember yang melewati alun-alun kota kabupaten jember. Masa aksi melakukan long march dari double way UNEJ (red : Universitas Jember)

Dari beberapa varian aksi tersebut Hakim salah satu Mahasiswa dari Fakultas Ilmu Budaya UNEJ membawakan puisi berjudul Peringatan milik Wiji Thukul dan musikalisasi milik Sisir Tanah dengan judul Konservasi Konflik. Baginya puisi tersebut berisi pesan yang ditujukan kepada pemerintah tentang tindakan yang telah dilakukan oleh mereka. “Awalnya memang niat yang kebetulan dihubungi. ” Ucapnya ketika menjelaskan mengapa ia memilih untuk membacakan puisi dalam aksi tersebut.

“Cuma sayanya saja kebetulan suka baca buku buku puisi.” Jelasnya ketika menjelaskan bagaimana aksi panggungnya dilatar belakangi oleh hobi membaca dan menonton musikalisasi puisi yang membuatnya yakin untuk menguasai panggung, “Cuma lebih ingin membuka semangat buat teman-teman.” Ucap Hakim setelah ditanya tentang bagaimana seni bisa berengaruh terhadap perlawanan kerusakan ekologis. Hakim berharap dengan pembacaan puisi yang telah ia lakukan, ia mampu membuka semangat teman-temannya untuk lebih terbuka dengan kerusakan lingkungan yang semakin menjadi.

Puisi pertama yang dibawakan oleh Hakim berjudul “Peringatan” milik Wiji Thukul yang berisi tentang gambaran keadaan masyarakat yang terjebak dalam situasi represif, di mana kebebasan berbicara dan berpendapat dikekang dan diawasi secara ketat. Secara keseluruhan, puisi “Peringatan” karya Wiji Thukul adalah sebuah karya sastra yang mengkritik situasi politik dan sosial yang terjadi di Indonesia pada masa itu, serta mengajak penikmatnya untuk bersatu melawan ketidakadilan dan meraih kebebasan yang sebenarnya. Pada penampilan keduanya, Hakim masih memilih untuk membacakan sebuah puisi. Ia lanjutkan dengan puisi yang dipilihnya adalah musikalisasi puisi milik Sisir Tanah dengan judul “Konservasi Konflik” yang juga sebuah lagu dengan judul sama.

Selain pembacaan puisi, aksi tersebut juga diwarnai orasi dengan beberapa tuntutan aksi “Secara gambaran besar merupakan isu lingkungan yang ada di kabupaten Jember. Seperti, sungai bedadung bukan tempat sampah, save gumuk, dan tolak tambang. ” Tegas Bakir selalu koordinator lapang aksi damai tersebut.
Bakir menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana salah satu isi tuntutan terkait bencana sampah yang terus menggunung di aliran sungai bedadung “Jumlah sampah yang ada di sungai Bedadung ini semakin meningkat. Nah ini karena siapa? Karena industri ataukah karena bantaran sungai.”


Bagi Bakir, perlu ada campur tangan pemerintah dalam penanggulangan permasalahan sampah di kabupaten Jember. “Nah ini perlu peran dari DLH (Dinas Lingkungan Hidup) disitu. Karena kalaupun DLH mengeluarkan Perda atau lain-lain tentang regulasi, cuma kalau tidak ditegakkan sama saja, sungai bedadung akan tercemar. ” Namun disisi lain, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jember menilai bahwa permasalahan terbesar pencemaran sampah ada di masyarakat “Memang perlu kolaborasi dengan semua instansi. Karena, permasalahan terbesar masyarakat jember ini ada pada budaya. Budaya masyarakat kita masih senang membuang sampah sembarangan. “

Reporter : Bella Indri

Editor : M. ‘Ubaidillah I.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *